Kekhawatiran Dalam Hidup

Admin
0

Setiap orang pasti memiliki kekhawatiran dalam menjalani hidup, terutama bagi yang sudah berkeluarga yaitu kekhawatiran perihal ekonomi keluarga, dimana perekonomian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari ataupun untuk kebutuhan pendidikan anak, serta kebutuhan-kebutuhan lain. Saya juga pernah mengalami kekhawatiran dalam menjalani hidup, yaitu dimasa orang tua hanya memiliki gaji pas-pasan dimana alm mama (panggilan untuk ibu dalam sehari-hari) bekerja sebagai PNS atau Pegawai Negeri Sipil Angkatan Laut bagian kesehatan. Dimasa saya di sekolah menengah pertama atau SMP dulu, kebanyakan teman-teman satu angkatan mengenakan atribut sekolah seperti sepatu bermerk Nike Jordan, Fila, Adidas, atribut topi dengan bordiran logo Chicago bulls, NY, LA lakers, serta dompet dengan merk dagadu, alpina, dan juga tas dengan merk Kutalines. Kala itu saya hanya bisa memandang karena untuk memiliki barang-barang tersebut tidaklah mudah karena harus mengeluarkan uang ekstra, dan sedangkan alm mama saya hanya mengandalkan gaji untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak-anaknya.


 Saat SMP saya berangkat kesekolah awalnya membonceng alm mama naik kendaraan bermotor karena antara sekolah saya dengan tempat kerja alm mama saya masih searah. Kemudian lama-lama saya mulai berangkat sendiri dengan naik bis kota (kala itu bernama kopata jalur 3), begitu juga saat pulang sekolah juga naik bis kota dengan jalur yang sama. Untuk naik bis kota dari terminal Condongcatur sampai dengan APMD Baciro cukup membayar Rp.100,- bagi pelajar yang mengenakan seragam sekolah. Jadi pulang pergi menghabiskan Rp. 200.-. Waktu itu saya diberi uang saku sebesar R0. 500,- / hari, jadi ada sisa Rp. 300,- yang bisa saya gunakan untuk jajan 😁😁. Bisa dikatakan cukup, tapi bisa dikatakan tidak cukup karena untuk membeli keperluan lain-lain maka saya harus bilang ke alm mama. Pernah suatu ketika saya lupa untuk menyisihkan Rp. 100.- untuk biaya pulang naik bis, karena saya gunakan untuk jajan. Saat itu bingung dan harus berpikir bagaimana nanti pulangnya. Tanpa berpikir panjang karena jarak sekolah dengan rumah sangat jauh, akihrnya saya pun nekat naik bis kota tanpa membawa uang sepeserpun, dalam hati saya hanya berdoa "Gusti nyuwun kawelasan", dan saat kondektur menyodorkan tangan ke arah penumpang yang baru naik untuk meminta uang atau ongkos tiba-tiba kondektur tersebut balik arah karena ada penumpang baru yang akan naik bis dan butuh bantuan untuk mengangkat bawaanya.

Saya akhirnya belajar bagaimana harus disiplin untuk menyisihkan uang yang nantinya digunakan untuk biaya pulang saat sekolah. Saya juga belajar tentang kekhawatiran dalam hidup dan berusaha untuk memerankan kehadiran Tuhan dikehidupan saya, karena peran Tuhan maka akhirnya apa yang menjadi kekhawatiran dalam hidup dapat teratasi. Semenjak kejadian tersebut saya pun mulai belajar untuk memerankan Tuhan setiap saya mengalami suatu hal berat yang tidak terduga. Salah satu kutipan dari Alkitab yang selalu menguatkan diri saya yaitu Filipi 4: 6-7 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”. Atas kejadian atau pengalaman semasa SMP tersebut saya mulai belajar untuk menjadi anak yang pandai dan anak yang selalu memerankan Tuhan, agar kekhawatiran-kehawatiran dapat teratasi. Memang tidak mudah, namun saat itu saya tetap semangat untuk tidak mudah menyerah. Setelah berusia 40 tahun peran Tuhan tidak pernah berkesudahan, waktu demi waktu, hari demi hari dan tahun berganti tahun, kehadiran Tuhan tetap selalu saya rasakan lewat orang-orang sekitar saya.

Bagaimana dengan atribut saat masa SMP yang selalu saya inginkan ?, apakah terbeli ?. Tentu saja tidak ada yang terbeli, karena saya berpikir dan merasa bersyukur karena oleh orang tua sudah disekolahkan di sekolah yang bagus. Saya tidak ingin lebih merepotkan orang tua saya dengan hal-hal yang bagi saya memberatkan beban, baik beban pikiran atau beban secara ekonomi. 

Masihkah ada kekhawatiran dalam hidup setelah lulus SMP ?, tentunya masih ada dan sampai sekarang pun juga ada. Namun tentunya memerankan Tuhan dalam setiap kehidupan membuat saya menjadi lebih lega dan tenang.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)